Menikah. Banyak perempuan sudah merencanakan pernikahannya sejak belum bertemu sang pangeran. Gaun seperti apa yang akan dipakai, bagaimana rambut dan riasan, dekor seperti apa, mau kue berapa tingkat, sepatu kaca atau sepatu kain, semua sudah dirancang. Memang perempuan seringkali agak gila, tapi memang itu yang terjadi. Dan ketika sudah besar, bertambah lagi daftar di rancangan itu, mengikuti selera. Tapi juga berkurang sedikit, atau disesuaikan sedikit, mengikuti kemampuan kantong. Ketika sudah bertemu sang calon, makinlah terbayang susunan acara, pengisi acara dan lain-lainnya.
Menikah.Ketika sudah besar, perempuan kecil mulai dihadapkan pada kenyataan: susah mencari pasangan yang katanya the one. Ingin yang begini, yang begitu, dia kurang begini, kurang begitu, dia ternyata begini, ternyata begitu. Ada saja masalah yang mungkin mengganggu jalan menuju pelaminan ini.
Tuntutan keluarga untuk segera menikah, seringkali jadi beban tersendiri. Kalau belum punya pacar, pasti muncul pertanyaan, “Kok belum punya pacar?” Yah, memang belum, terus kenapa. “Memangnya gak ada cowok yang mau?” Mau kok, buktinya punya teman cowok banyak. Dan seterusnya. Kalau sudah punya pacar, beban pertanyaannya naik satu level. “Kapan mau diresmikan?” Yah, baru juga pacaran. “Kapan mau nikah?” Wah, belum tahu tuh.
Saya pun mengalami semua hal itu. Seluruh jawaban sepertinya sudah pernah saya keluarkan, sehingga akhirnya hanya bisa mengulas senyum sebagai jawaban. “Pacarnya siapa?” Ada. “Kapan menikah?” *senyum*
No comments:
Post a Comment